Rabu, 01 Maret 2017

PENGALAMAN PRIBADI MEMBANGUN KOMUNIKASI

Saya pernah bertemu seseorang yang belum pernah saya kenal sebelumnya di sebuah tempat makan, kebetulan disitu dia sedang makan bersama teman lama saya. Spontan langsung saya tegur teman lama saya tersebut. Teman saya bernama Deny, disitu saya dikenalkan dengan seseorang yang sedang bersamanya yaitu bernama Rosita. Terjadilah percakapan awal saya bersama Rosita, awalnya kami hanya berdiam saja. Tetapi saya berfikir, jika salah satu dari kami tidak ada yang memulai pembicaraan maka tidak akan terjadi komuniukasi. Maka saya yang memulai pembicaraan dengan menanyakan dimana dia berasal, sedang menempuh pendidikan dimana dan sebagainya. Awalnya terasa sangat sok kenal gitu, atau istilah sekarang namanya SKSD. Tetapi semakin lama saya mengajak berbicara, kami semakin larut dalam topik pembicaraan kami dan akhirnya sampai kami pada tingkatan bercanda tawa dan saling mem-bully. Hehe, tapi mem-bully dalam artian yang positif ya, bukan tipe bully yang menyakitkan hati atau yang negatif.

Naaaah, disitu lah awal mula saya membangun sebuah komunikasi dengan orang lain yang baru saya kenal dulunya, tetapi dengan awal membangun komunikasi tersebut sekarang saya menjadi sangat akrab dengan Rosita.
Jadi, buat kalian kalian yang mau membangun komunikasi dengan orang yang baru dikenal, jangan malu untuk memulai atau membuka percakapan awal ya. karena berawal dari perkenalan kemudian memulai topik pembicaraan akan menghasilkan suatu hubungan yang melebihi pertemanan, yaitu persaudaraan. ^___^ 

TEKNIK TEKNIK KONSELING

Teori-teori tentang Konseling
1.      Teori Trait dan Factor
Teori ini dipelopori oleh Williamson. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan secara logis rasional dalam pemecahan masalah. Teori ini bisa disebut teori directve counseling, karena konselor diposisikan sebagai pihak paling aktif dalam membantu mengarahkan perilaku klien. Jadi, konseling ini bisa diartikan sebagai counseling centred atau konseling yang berpusat pada konselor.
2.      Teori yang Berpusat pada Klien
Menurut Rogers, konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau perwujudan diri. Dapat dikatakan konsep diri atau struktur diri dapat dipandang sebagai konfigurasi konsepsi yang terorganisasikan tentang diri yang membawa kesadaran.
3.      Tahapan Perkembangan Kepribadian Individu
Tahapan ini dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan. Konsep ini memberi arti bahwa materi, metode dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian individu, karena pada setiap tahapan itu memiliki karakter dan sifat yang berbeda. Oleh karena itu konselor yang melakukan bimbingan haruslah selalu melihat tahapan-tahapan perkembangan ini, bila ingin bimbingannya menjadi efektif.
4.      Manusia adalah Makhluk yang Memiliki Kebutuhan dan Keinginan
Konsep ini dapat dikembangkan dalam proses bimbingan, dengan melihat hakikatnya manusia itu memiliki kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan dasar. Dengan demikian konselor dalam memberikan bimbingan harus selalu berpedoman kepada apa yang dibutuhkan dan yang diinginkan oleh konseli, sehingga bimbingan yang dilakukan benar-benar efektif.
5.      Teori konseling merupakan upaya untuk menjelaskan proses melalui mana seperangkat kegiatan konseling dimulai, berkembang dan berakhir. Teori konseling dapat melayani sejumlah fungsi; sebagai seperangkat pedoman untuk menjelaskan cara-cara manusia belajar, berubah, dan berkembang; mengusulkan suatu model perkembangan normal dan bentuk-bentuk ekspresi gangguan perilaku; dan apa yang perlu dilakukan dan dapat diharapkan pada proses konseling.
6.      Menurut Abraham Maslow
Teori dan Pendekatan Konseling  Eksistensial-humanistik  berfokus  pada  diri  manusia. Pendekatan ini  mengutamakan  suatu  sikap  yang  menekankan  pada pemahaman  atas  manusia. Terapi eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi inti manusia dan menekankan kesadaran diri sebelum bertindak.


Kesimpulan :
Konseling pada dasarnya adalah melakukan pendekatan antar sesama manusia yaitu antara konselor denngan klien, dimana konselor merupakan pembimbing diri klien untuk memecahkan kesulitan yang ada di dalam diri klien tersebut. Oleh karena itu, konselor yang melakukan pembimbingan harus melihat tahapan tahapan yang berpedoman kepada apa yang dibutuhkan dan diinginkan klien, sehingga bimbingan menjadi lebih efektif lagi.

Dafar Pustaka
Darminto, E. (2007). Teori-teori Konseling: Teori dan Praktek Konseling Dari Berbagai Orientasi Teoritik dan Pendekatan.
Eko Darminto. 2007. Teori-teori Konseling: Teori dan Praktik Konseling dari Berbagai Orientasi Teoritik dan Pendekatan. Surabaya: Unesa University Press.
Kusmawati Hatta. 2010. Sekilas Tentang Teori Kepribadian Sigmund Freud dan Aplikasinya Dalam Proses Bimbingan. Jurnal Lipi, (Online), (http://isjd.pdii.lipi.go.id/indeks.php/Search.html?act=tampil&id=443&idc=38, diakses 6 Februari 2013).
Muhamad, S. (2003). Teori-Teori konseling. CV Pustaka Bani Quraisy.
Sukardi, D. K. (1985). Pengantar Teori Konseling. Jakarta: Ghalia.

Surya, M. (2003). Teori-teori konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.